Penelitian yang dilakukan mobile
broadband,Ericson, menyebutkan koneksi internet yang lambat memicu stress.
Kelambanan dalam streaming video dan memuat
halaman web dapat menigkatkan denyut jantung 38% dan akhirnya memantik stress.
Stres adalah suatu kondisi anda
yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang
terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan
penting. Stres adalah
beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga
perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Dalam penelitian Ericson mempelajari efek
dari koneksi internet lambat pada sekitar 30 relawan di Denmark dengan memantau
denyut nadi, gerakan mata, dan aktivitas otak saat mereka menonton youtube dan
saat membuka halaman web. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok berbeda.
Satu kelompok memiliki internet dengan
kecepatan tinggi, sedangkan dua kelompok lainya memiliki penundaan 4-8 detik
dan 10-14 detik. Hasil pengamatan menunjukan peserta yang memiliki 2 detik
waktu buffering lebih lama , tingkat stresnya meningkat dua kali lipat.(counsek
& heal/ths/x-9), Media Indonesia (3/16).
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya
dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika
menjadi peluang saat menawarkan potensi
hasil. Sebagai contoh, banyak professional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan
tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan
mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
Stres bisa positif
dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres
yang menyertai tantangan di lingkungan
kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang
menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai
stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan
bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya
dibanding stres hambatan.
0 komentar:
Post a Comment