Ada yang pernah dengar serentaun? Nah bagi sobat wisata yang belum tahu apa itu seren taun kita bakal kasih tau nih.
Upacara seren taun adalah ungkapan syukur
dan doa masyarakat sunda atas suka duka yang mereka alami terutama di bidang
pertanian selama setahun yang telah berlalu dan tahun yang akan datang. Mungkin
kalo di tempat lain istilahnya adalah hajat bumi.
Seren taun dilaksanakan setiap
tanggal 22 Bulan Rayagung sebagai bulan terakhir dalam perhitungan kalender
sunda. Di daerah kabupaten kuningan tepatnya di Cigugur bakal di adakan
upacara seren taun, bagi wisatawan yang ingin menyaksikan pagelaran budaya yang
diselenggarakan setahun sekali ini dapat datang langsung ke kabupaten kuningan.
Selain ritual-ritual yang
bersifat sakral, digelar juga kesenian dan hiburan. Dengan kata lain kegiatan
ini merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan, dan juga dengan sesama
mahluk atau alam baik lewat kegiatan kesenian, pendidikan, dan sosial budaya.
Upacara Seren Taun diawali
dengan upacara ngajayak ( Menjemput Padi ), pada tanggal 18 Rayagung yang
dilanjutkan dengan upacara penumbukan padi dan sebagai puncak acaranya pada
tanggal 22 Rayagung.
Ngajayak dalam bahasa sunda
berarti menerima dan menyambut, sedangkan bilangan 18 yang dalam bahasa sunda
diucapkan dalapan welas berkonotasi welas asih yang artinya cinta kasih serta
kemurahan Tuhan yang telah menganugerahkan segala kehidupan bagi umat-Nya di
segenap penjuru bumi.
Kita dapat melihat masyarakat adat sunda
mengenakan pakaian adat dalam acara tersebut, seperti baju adat sunda pangsi
dan kebaya.
Puncak acara Seren Taun berupa
penumbukan padi pada tanggal 22 Rayagung juga memiliki makna tersendiri.
Bilangan 22 dimaknai sebagai rangkaian bilangan 20 dan 2. Padi yang ditumbuk
pada puncak acara sebanyak 22 kwintal dengan pembagian 20 kwintal untuk
ditumbuk dan dibagikan kembali kepada masyarakat dan 2 kwintal digunakan
sebagai benih. Banyak sekali bukan jumlah padi yang bakal di tumbuk dalam acara
seren taun.
Setiap daerah memiliki adat istiadat dan
tradisi tersendiri dalam mengungkapkan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, menjadikan ini sebagai kekayaan budaya yang memiliki nilai luhur dalam
menjaga hubungan baik antara manusia dengan Tuhan dan manusia dengan alam
Sumber: Genpi Jabar.
0 komentar:
Post a Comment