Beberapa tahun terakhir
ini memang pertumbuhan sadar wisata masyarakat Indonesia sangat tinggi,
tercatat data dari Asita 20 % masyarakat Indonesia melakukan perjalanan wisata
baik di dalam negeri maupun ke luar negeri, namun hal itu justru sangat timpang
dengan kondisi dilapangan, dimana promosi pariwisata yang dilakukan pemerintah
tidak sinkron dengan insfrastruktur yang ada di titik wisata yang popular ataupun
sedang mengalami kenaikan kunjungan wisata.
Dapat dilihat dengan
kurangnya fasilitas di tempat wisata pada saat musim liburan tiba, baik akses
menuju ke daerah wisata dan fisilitas disana masih sangat memperihatinkan,
jalanan yang rusak serta kurangnya sumber daya manusia yang sadar dengan
keterampilan mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan.
Ketimpangan insfrastruktur
penunjang destinasi wisata tersebut sebenarnya dirasakan oleh berbagai pihak,
dan diakui menjadi salah satu penghambat upaya pengembangan pariwisata dalam
negeri. Asnawi Bahar , ketua umum asosiasi perusahaan perjalanan wisata Indonesia
(Asita), mengatakan, selama ini permasalahan justru banyak datang dari
destinasi yang sudah popular,dan banyak dikunjungi wisatawan.
Euphoria masyarakat untuk
merayakan moment liburan dengan melakukan perjalanan wisata sungguh luar biasa. Pemerintah , tentu senang
menyaksikan tumbuhnya minat wisata dikalangan masyarakat. Hanya saja minat dan
ketersedian infrasturtur yang memadai tidak diperhatikan secara seksama oleh
pemerintah.
Tengoklah kapal kapal
dimmuara angke yang kelebihan penumpang saat musim liburan tiba, hal ini sangat
berbahaya bagi wisatawan itu sendiri, sebenarnya ada dua opsi untuk berwisata
ke kepulauan seribu, yaitu menggunaka speedboat namun masyarakat akan dikenakan
harga relative ebih tinggi dari harga naik kapal dari muara angke, yang
dikenakan tariff 40rb, sekali menyeberang ke kepuauan seribu, sedangkan untuk
speed boat dikenakan tarif 140-160 rb untuk satu orang menyeberang ke pulau
seribu.
suasana antri naik perahu, Kep. Seribu, jakarta. |
Hal ini tentu menjadi
ketimpangan sosial bagi masyarakat kelas menengah bawah yang juga ingin
menikmati liburan, sehingga alternative untuk menggunakan perahu nelayan
menjadi pilihan. Walau keselamatan menjadi taruhan.
Dan selain kepulauan
seribu beberapa tempat tujuan wisata yaitu gunung, juag sangat memperihatinkan. Saat musim liburan
tiba, bukit bukit di punggung gunung menjadi lautan warna warni tenda para
pendaki.kadang mereka harus berbagi lahan untuk membuat kemah de ga para
pendaki lainya dilereng lereng gunung, untuk menikmati pemandangan gunung yang
hening dan tenang, namun hak itu tidak dapat terjadi saat musim liburan tiba
yang ada pemandangan semrawut dan keriuhan menjadi kesan pertama yang
akan dirasakan para pendaki. Sebenarnya jikia dibuat aturan untuk pendakian
mungkin akan mengurangi resiko kerusakan lingkungan dan keselamatan para
pendaki tersebut.
gambar, credit by google |
Sebenernya ini menjadi PR
bagi pemerintah dengan promosi pariwisata nya yang sangat gencar dengan
insfrastruktur yang juga harus diperhatikan agara pariwisata dalam negeri
berkelanjutan. Jadi tidak membuat para wisatawan kapok untuk berkunjung ke
tempat wisata tersebut. banyak sekali tujuan wisata yang saat ini kondisinya
mengalami kerusakan, pulau sempu dan ranu kumbolo contohnya yang sudah tidak
asing lagi bagi para traveller. Menjadi tidak alami, banyak sampah yang
berserakan yang ditinggalkan para wisatawan yang tidak bertanggung jawab.
Tentunya ini harus jadi
perhatian juga untuk para wisatawan agar menjadi wisatawan yang baik dengan
menjaga lingkungan dan sadar akan pentingnya pariwisata untuk meningkatakan
perekonomian daerah wisata . bayangkan saja apa yang akan dirasakan wisatawan
jika tujuan wisata yang mereka harapkan tidak sesuai harapan. Meraka tidak akan
menemukan kesan liburan yang akan membangkitkan rasa untuk kembali berlibur
ketempat itu.
Promosi pariwisata yang
dilakukan pemerintah sebaiknya juga perlu diimbangi dengan perbaikan
insfrastruktur yang memadai dan sosialisasi dengan pemerintah daerah agar
terlaksananya pariwisata yang berkelanjutan.
0 komentar:
Post a Comment